Sudah
tidak asing lagi bahwa dalam satu dekade terakhir ini, global warming masih menjadi trendsetter
pokok permasalahan di kancah dunia. Banyak sekali metode yang telah digunakan
guna mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh global warming ini, beberapa diantaranya adalah membatasi bahkan
meniadakan pemakaian CFC (chlorofluorocarbon), membatasi
pemakaian parfum yang berlebihan dan lain sebagainya.
Sadar
atau tidak, lapisan ozon yang dianalogikan sebagai rumah kaca pelindung bumi
juga kian menipis bahkan koyak secara perlahan. Sebagai makhluk yang berakal
budi, kita pun terkadang kurang bersahabat dengan alam yang disinyalir
merupakan ranah dimana kaki kita berpijak.
Betapa
indahnya nikmat alam yang telah diciptakan, namun kita tidak memanfaatkan
sebagaimana mestinya. Indonesia yang merupakan salah satu negara beriklim
tropis juga ikut terseret dalam efek global
warming itu sendiri. Mungkin masyarakat luas juga bertanya bagaimana cara untuk mengatasi hal ini
semua? Mengatasi memang bukan hal yang mudah, namun membatasi hal-hal yang
dianggap mengurangi dampak ini mungkin patut kita coba.
Bersahabat dengan
alam
adalah jawaban yang ampuh untuk menjawab pertanyaan tadi, walaupun tidak
sepenuhnya mengatasi, namun tindakan yang nyata bersahabat dengan alam bisa
menjadi napak tilas perubahan yang lebih baik. Hal-hal ini dapat dimulai dengan
menggerakkan berbagai kegiatan yang bertujuan melestarikan lingkungan seperti
tidak membuang sampah sembarangan, menanam pepohonan, dan lain sebagainya.
Melalui
gerakan K2NM (*Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa), tangan-tangan mahasiswa dan
mahasiswi melakukan penghijauan sebagai cikal bakal pelestarian lingkungan
dapat tersalurkan. Bertempatkan lokasi di area gedung pasca sarjana, kami saling
bahu membahu menciptakan lingkungan yang hijau nan indah merupakan kunci yang
sangat membantu terdorongnya kesadaran masyarakat betapa pentingnya
melestarikan lingkungan.
Berlandaskan
hal kecil seperti penghijauan inilah yang ke depannya dapat mendongkrak perubahan
yang besar, dimana tidak hanya generasi muda saja sebagai penggerak, namun
mencakup semua generasi. Masyarakat Dayak saja mengatakan bahwa amun dia itah, eweh hindai?. Maka, makna
yang tersirat didalamnya adalah tidak pandang bulu dari yang kecil sampai yang
besar, dari yang muda sampai yang tua,
siapa lagi?
Kesadaran
dari diri sendiri itu sangat penting, karena satu hal kecil yang kita perbuat
dapat menjadi satu hal besar. Terlebih lagi satu hal yang terpenting dan harus
kita camkan yakni “bersahabatlah dengan
alam, maka alam juga bersahabat dengan
kita”.
-Yeni Eka Sari Sagala-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar