Selasa, 16 Agustus 2011

"Di Balik Sikap Keras Ayah"


Pagi ini gue menyelesaikan tugas rumahan gue lebih cepat dari biasanya, horeeeeeee.. Jam setengah 7 semuanya sudah beres (belum mandi sih sebenarnya, xixixi). Seneng, karena udah nggak punya tanggungan kerjaan lagi, tapi akhirnya gue jadi ngerasa nggak ada lagi yang bisa gue kerjain karena semua sudah beres. Terus mau ngapain lagi ini? Mandi? Males banget. Nonton TV? Nggak demen gue nonton TV pagi-pagi gini. Tidur? Sepertinya menyenangkan, tapi ntar gue dimarahin tidur pagi-pagi gini. Akhirnya gue memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan melanjutkan membaca buku yang sudah seminggu ini gue cicil pengen diselesein ngebacanya. Dan gue sangat tersentuh ketika membaca disalah satu halamannya terdapat suatu cerita yang berjudul “Di Balik Sikap Keras Ayah”. Begini petikannya:

Ketika Anda masih kecil, ibulah yang lebih sering mendongeng untuk Anda. Tapi tahukah Anda bahwa sepulang bekerja, dengan wajah lelah, yang pertama kali ditanyakan kepada ibu adalah kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?

Ketika Anda belajar naik sepeda di masa kanak-kanak, ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda Anda, dan ibu khawatir jika Anda terjatuh. Tapi tahukah Anda bahwa itu ayah lakukan karena dia yakin anak kesayangannya pasti bisa melakukannya?

Ketika Anda merengek minta mainan baru, ibu menatap Anda dengan iba, tapi ayah berkata dengan tegas, “Tidak sekarang!”. Tahukah Anda, bahwa hal itu mendidik Anda menjadi anak yang tidak manja lantaran tidak semua keinginan Anda terpenuhi dengan segera?

Ketika Anda sakit pilek, ibu merawat dan memberikan perhatian ekstra pada Anda. Tapi ayah justru membentak, “Sudah dibilang jangan minum es!”. Tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya ayah sangat mengkhawatirkan Anda?

Ketika Anda beranjak remaja dan menuntut untuk dapat izin keluar malam, ayah akan sering membentak dan melarang. Tapi tahukah Anda bahwa ayah melakukan itu karena ia sangat ingin menjaga Anda?

Ketika Anda mulai berlama-lama menelepon atau menerima telepon dari seseorang, ayah akan berada di sekitar Anda dan mendengarkan pembicaraan Anda dan teman Anda di telepon. Tahukah Anda, bahwa rasa ingin tahu ayah akan teman spesial Anda, disebabkan ia ingin memastikan bahwa anaknya memilih teman istimewa yang tepat?

Ketika Anda lulus SMA, ayah akan memaksa Anda menjadi dokter atau insinyur. Tapi tahukah Anda, bahwa itu semata-mata karena ayah sangat memikirkan masa depan Anda? Dan pada kenyataannya ayah akan tetap tersenyum dan mendukung Anda saat pilihan Anda tidak sesuai keinginannya.

Ketika Anda harus berkuliah di luar kota, ayah harus melepas Anda. Tahukah Anda bahwa pada saat itu badan ayah terasa kaku untuk memeluk Anda?

Ketika itu, ayah hanya tersenyum sambil memberi nasihat ini-itu dan menyuruh Anda berhati-hati. Padahal ayah ingin sekali menangis seperti ibu dan memeluk Anda erat-erat. Yang ayah lakukan hanyalah menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundak Anda sambil berkata, “Jaga dirimu baik-baik, ya”. Tahukah Anda bahwa ayah melakukan hal ini agar Anda kuat dan dewasa?

Ketika Anda membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari Anda, ayah adalah orang pertama yang akan mengerutkan kening. Tapi tahukah Anda, bahwa ayah akan bekerja keras untuk mengirim sejumlah uang yang Anda butuhkan, agar Anda bisa merasa sama dengan teman-teman Anda di kampus?

Ketika Anda diwisuda, ayah adalah orang pertama yang akan berdiri dan memberikan tepuk tangan untuk Anda.

Ketika Anda memilih pasangan hidup, ayah adalah orang pertama yang yakin bahwa Anda telah memilih pasangan yang tepat.

Ketika Anda duduk di pelaminan, ayah akan tersenyum bahagia. Tapi tahukah Anda bahwa dalam hati kecilnya ayah merasa ‘kehilangan’ anak kesayangannya?

Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatangan Anda bersama cucu-cucunya yang sesekali menjenguknya. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat menjagamu dari bahaya, ayah telah menyelesaikan tugasnya.

Dengan backsound lagunya si om Ebit G. Ade “Titip Rindu Buat Ayah”, gue nggak bisa menahan tetesan air yang terus jatuh dari mata indah gue. Gue selalu merindukan ayah, gue terlalu bangga dan mencintai ayah. Gue amat sangat bersyukur Allah memberikan gue seorang ayah seperti beliau, tidak ada duanya, dan sangat luar biasa. Ayah memang tidak selalu memberikan uang yang melimpah, tapi ayah selalu menunjukkan cinta tulusnya untuk gue. Hal itu lebih dari cukup.

Ayah adalah laki-laki paling sempurna dalam hidup gue, that is why gue HARUS bisa menemukan pendamping hidup gue kelak yang sama seperti ayah bahkan mungkin yang lebih baik dari ayah. Never stop to hope!!

I LOVE YOU FULL, Dad..
I MISS YOU EVERY MOMENT
I ALWAYS PROUD OF YOU

-Nurul Ayu Fitriyanti-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar