Ayahku..
Aku tahu engkau sangat lelah, engkau kepanasan dibawah terik matahari yang sangat menyengat itu, engkau bahkan mengabaikan rasa laparmu ketika bekerja..
Aku tahu pekerjaanmu bukanlah pekerjaan yang mudah, bukanlah pekerjaan yang nyaman menurut orang lain..
Aku tidak tahu mengapa kau lebih memilih pekerjaan sebagai seorang swasta seperti sekarang, daripada bekerja dibelakang meja didalam ruangan berAC seperti dulu itu..
Yang aku tahu, engkau bekerja dengan setulus hati walaupun panas matahari terasa membakar kulit.. Namun kau tetap tersenyum dan melakukan semua itu dengan penuh keikhlasan..
Ayahku..
Kemarin siang aku melihatmu sedang bekerja, terik sekali..
Tahukah engkau bahwa aku sangat tidak menginginkan hal itu, aku sangat menghindari bertemu denganmu ketika kau sedang bekerja. Oleh karena itu aku selalu melewati jalan yang berbeda dari tempatmu bekerja agar aku tidak melihatmu sedang kepanasan di dalam truck itu.
Ayah, tahukah engkau, aku menangis..
Aku menangis karena rasa syukurku kepada Allah, telah memberikanku ayah sehebat dirimu..
Aku juga menangis karena aku iba pada diriku sendiri yah, karena aku belum bisa membahagiakan ayah dan ibu, karena aku belum bisa membalas jerih payah ayah..
Sepanjang jalan pulang, tiada hentinya aku menangis..
Aku ingin engkau segera pulang dan beristirahat nyenyak, yah.
Ayahku..
Engkau sangat lelah bekerja sepanjang hari, aku tahu itu, tapi kau tidak pernah menunjukkan hal itu pada kami.. Engkau selalu terlihat baik-baik saja dan segar bugar walaupun engkau letih.
Aku bahkan tidak pernah mendengar keluhmu, walaupun beban yang kau pikul itu berat, yah.
Engkau bekerja bukan hanya untukmu sendiri, melainkan lebih untuk kau persembahkan kepada kami anak-anakmu dan istrimu.
Aku tahu engkau sering mengabaikan kebutuhanmu, demi mendahulukan kebutuhan kami anak-anak dan istrimu,, padahal engkaulah yang telah bekerja keras, yah.
Engkau mengurungkan niatmu untuk membeli sepatu baru sebagai pengganti sepatumu yang telah rusak dan tidak layak pakai itu demi aku. Demi membayar sekolahku..
Engkau bahkan menghentikan makanmu ketika engkau tahu makanan yang sedang kau makan itu adalah kesukaanku..
Terkadang engkau menahan rasa laparmu demi mendahulukan makanan untukku..
Dan ayah..
Hari ini aku melihatmu sedang lemah tidak berdaya diatas tempat tidur, engkau menggigil, dengan suhu badan yang tinggi..
Aku tidak sanggup menyaksikan hal itu, yah..
Aku terluka melihat matamu yang memerah yang menunjukkan bahwa kau benar-benar sedang sakit..
Aku tidak tahu bisa berbuat apa untukmu, aku ingin sekali meringankan sakit yang kau rasakan itu dengan tanganku sendiri..
Sungguh ayah..
Aku tidak berhenti meminta kepada Allah untuk kesembuhanmu..
Seandainya sakitmu itu bisa kugantikan, tentu aku akan senang hati menerimannya..
Aku yakin, rasa sakit yang ku rasa nantinya tidak lebih sakit daripada aku harus melihat kondisimu yang lemah seperti itu, yah..
Ayah..
Percayalah..
Aku sangat peduli padamu, lebih dari tindakan yang aku tunjukkan..
Aku sangat memperhatikanmu, lebih dari yang kau tahu..
Aku sangat bangga padamu, lebih dari kebanggaan orang lain atas dirimu..
Aku sangat menyayangimu, lebih dari yang pernah aku ucapkan..
Dan aku sangat mencintaimu, lebih dari yang pernah kau dengar..
Yaa Allah..
Terima kasih untuk segala limpahan rahmat dan karuniaMu didalam hidupku selama ini.. Terutama untuk ayah dan ibuku yang hebat..
Jagalah mereka untukku..
-Nurul Ayu Fitriyanti-