Waktu berjalan tanpa berhenti, tanpa berbelok arah. Dia akan terus berjalan lurus, seperti garis, bergerak tanpa henti. Waktu yang berjalan ini tidak akan menunggu kita, tak peduli apakah kita sedang sakit, sedang mengalami kegagalan, ataupun sedang mengalami krisis. Waktu bergerak ke depan dan tidak bisa dan tidak mungkin berbelok, apalagi mengulangnya. Mungkin cerita di bawah ini bisa memberikan hikmah kepada kita, bahwa kesempatan hidup kita hanya ada sekali. Apa yang sudah terjadi tidak bisa diubah, karena kita tidak pernah mengulangi hidup yang sama.
Seorang pria bertemu seorang gadis di sebuah pesta. Si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejarnya. Sedangkan si pria sebetulnya tanpil biasa saja dan tak ada yang memerhatikannya. Tapi, pada saat pesta selesai, dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria, si gadis menerima ajakan tersebut. Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah kafe. Tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa, suasana hening ini berlangsung cukup lama, dan akhirnya si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, “Kita pulang aja, yuk...?!?”
Tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang Pramusaji, “Bisa minta garam buat kopi saya?” Semua orang yang mendengar memandang dengan heran ke arah si pria. Aneh sekali!! Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya. Si gadis dengan penasaran bertanya, “Kenapa kamu punya hobi seperti ini?” Si pria menjawab, “Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat mengetahui rasa dari laut. Asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini.”
“Dan setiap kali saya meminum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanank saya, ingat kampung halaman. Saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen pada orang tua saya yang masih tinggal di sana.”
Begitu mengucapkan kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir, bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pastilah pria itu mencintai rumahnya, peduli akan rumahnya, dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudia si gadis juga mulai berbicara, bercerita tentang kampung halamannya nun jauh di sana, masa kecilnya, dan keluarganya.
Suasana yang semula kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat, dan pada akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam kisah persahabatan mereka berdua.
Merekapun berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya. Dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat peduli.. betul-betul seseorang yang sangat baik. Si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu! Untung ada kopi asin!!
Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, si gadis menikah dengan si pria dan mereka hidup bahagia untuk selamanya, dan setiap saat si gadis membuat kopi untuk si pria, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai pangerannya.
Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan emninggalkan sebuah surat yang bertuliskan, “Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu... tentang kopi asin. Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu. Sebenarnya saya ingin minta gula, tapi malah mengucapkan kata garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus.
“Tak pernah terpikirkan oleh saya bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, akrena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apapun.
“Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi, jadi saya katakan padamu yang sejujurnya. Saya tidak suka kopia sin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesali segala sesuatu yang saya lakukan untukmu.
“Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.”
Cerita di atas tentu bukan happy ending. Dan bila saja waktu bisa diulang, maka mereka berdua akan memperbaiki hal yang salah yang sudah terjadi dalam hidup mereka. Namun pada kenyataannya, waktu tidak bisa diulangi.
Source :: Sang WAKTU, written by Happy S. Tjandra
Dan gue setuju bahwa waktu berlalu sangat cepat, serta tidak bisa kita kendalikan. Ia tidak bisa kita rem, tidak bisa kita rayu untuk berjalan pelan, dan ia tidak memedulikan kita. Karena ia hanya ingin terus berjalan tanpa henti.
-Nurul Ayu Fitriyanti-