Palangkaraya "Kota Cantik" |
Kali ini gue pengin sedikit bercerita tentang kota tempat gue tinggal, yaitu di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sudah sembilan belas tahun gue tumbuh di kota ini, dan sejak lahir sampai detik ini gue nggak pernah bisa berkomunikasi menggunakan ‘bahasa ibu’ kota ini. Yaitu bahasa Dayak. Oh My God..
Mengapa? Mengapa? Oh mengapa?? Karena, karena, oh karena gue bukan Dayakness. Gue adalah Javaness dan gue tinggal di lingkungan orang-orang yang jarang bahkan tidak pernah menggunakan Bahasa Dayak. Mungkin itulah salah satu sebab gue nggak bisa berbahasa Dayak. Sebab lainnya adalah gue nggak bisa mencintai segala sesuatu yang nggak gue kenal. Dalam hal ini gue nggak mengenal bahasa maupun budaya Dayak, sehingga gue nggak berhasrat untuk mempelajarinya, sebab itu gue ‘buta’ akan segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya Dayak.
Dulu ketika di sekolah, baik itu di tingkat menengah pertama maupun tingkat menengah atas, teman-teman gue juga pada nggak berbahasa Dayak. Mereka cenderung berbahasa Indonesia dan kadang-kadang Bahasa Banjar.. (nah loh bahasa Kota tetangga yang lebih laris digunakan, Bahasa Banjar berasal dari Kota Banjarmasin).
Dan setelah gue ditingkat Universitas sekarang, gue masih konsisten belum bisa berbahasa Dayak. Padahal sebagian besar dari teman-teman gue adalah Dayakness, kebanyakan mereka berasal dari daerah Kota ini, sehingga bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Dayak full lengkap dengan logat-logatnya. Jadi, setiap hari gue mendapati mereka saling berkomunikasi menggunakan Bahasa Dayak. Entah mengapa hal itu tidak merubah apapun dari diri gue sampai saat ini. Gue cuma bisa melongo mendengar mereka berbincang, tanpa mengerti seditpun.
Tentu saja ketidakmampuan gue berbahasa Dayak akan menjadi kendala suatu saat nanti, karena gue hidup di Kota ini sehingga gue akan selalu bertemu dengan orang-orang Dayak. Tapi bagaimana bisa?? Gue sudah berusaha untuk mempelajarinya baru-baru ini, hasilnya nihil. Belajar bahasa memang lebih rumit dan memakan waktu yang lebih lama daripada mempelajari Hukum Newtonnya si Isaac Newton tentang GERAK.
Eits, balik lagi ke Kota Palangkaraya. Kota ini sudah banyak berubah sejak gue dilahirkan pada tahun 1992 dulu. Tentu saja kota ini semakin berkembang di semua bidangnya, baik itu pembangunan, pemerintahan, maupun tata kotanya. Penduduknya juga semakin bertambah padat setiap tahunnya, terbukti dengan volume kendaraan yang terlihat semakin sesak memenuhi jalanan. Semoga pertumbuhan itu juga diiringi dengan meningkatnya kualitas SDM masyarakatnya.
Beberapa tempat wisata yang gue tahu ada di Kota Palangkaraya adalah Batu Banama di Tangkiling, Arboretum (tempat pemeliharaan orang utan yang dilindungi), Pal 21 Beach (danau buatan, yang bisa dijadikan alternatif untuk liburan bersama keluarga), Bukit Batu (batu-batu yang sangat besar, bertumpuk-tumpuk seperti sengaja disusun secara manual oleh manusia), satu lagi KumKum (berada di bibir aliran sungai Kahayan, terdapat beberapa hewan yang dilindungi). Apa lagi yaa? Itu dulu deh yang gue tahu sekarang.
Ini dia beberapa foto gue bersama teman-teman di KumKum..
Tapi jangan dibandingkan dengan tempat Wisata di Ancol ataupun Jatim Park yaa, jauuuuuuuhhh banget memang. Nggak sebanding pokoknya. Tapiii inilah wajah kota kita, inilah tempat wisata yang kita punya, inilah yang harus kita syukuri.. Jauh lebih baik daripada nggak punya sama sekali lo :p
Selamat berlibuuuuuuuuuuuuuuurrrrrrr..
-Nurul Ayu Fitriyanti-